Kondisi BKB Masa Kini

A.    Karakteristik Peserta BKB

Sebagian besar informan peserta BKB berpendidikan tamat SD, dan semua peserta BKB sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar informan tersebut memiliki 2 anak, dan sebagian besar usia anak yang menjadi anggota BKB dibawah tiga tahun. Alasan sebagian besar informan tidak aktif hadir mengikuti kegiatan penyuluhan BKB karena  kesibukan mengurus rumah tangga dan nampaknya kurang ‘motivasi’ atau dorongan dari petugas lapangan KB dan kader sebagai pelaksana kegiatan Poktan BKB.

B.     Kondisi Poktan BKB saat ini

Kondisi Poktan BKB saat ini ditinjau dari aspek sebagai berikut:

1.Input

Komponen yang ada dalam aspek input ini merupakan hal yang sangat penting sebagai dukungan untuk melaksanakan proses dan menghasil output yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Segala apaun yang diperoleh dalam sebagai dukungan, akan mencerminkan pakah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara aktif dan rutin. Tidaklah pantes apabila instansi menuntut proses kegiatan dapat berjalan secara aktif dan rutin jika tidak memberikan ’input’ yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini diuraikan temuan yang berkaitan dengan aspek input.

Poktan BKB terpilih di Provinsi Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat,  masing-masing mempunyai 10 orang. Namun tidak demikian pada Poktan BKB terpilih di Provinsiinsi Sulawesi Utara dan  Jambi, masing-masing memiliki 4 kader, dan 5 kader.

Umumnya di semua lokasi dijumpai jumlah PLKB/PKB berkurang karena banyak yang mutasi ke instansi lain, seperti kantor pemerintah kabupatenupaten/kota, camat, lurah, dan sektor lain di kabupatenupaten/kota. Bahkan di Kotamubagu, Sulawesi Utara yang merupakan kota pengembangan dari kabupatenupaten Bolaan Mongondo, tidak memiliki petugas lapangan KB, sehingga petugas lapangannya dipinjamkan dari kabupatenupaten induk.

Hampir semua poktan BKB belum pernah terima sarana seperti: buku panduan pengelolaan BKB, buku materi pegangan kader, poster, lembar balik, Kartu Kembang Anak (KKA), Alat Permainan Edukasi (APE) dan media lainnya. Hanya di beberapa poktan menerima APE dari bantuan APBD melalui PKK kabupaten/kota yaitu: Poktan Cendana di Kota Palembang, dan Poktan Al-Azhar serta Poktan Asoka di Kabupaten Tebo

Dukungan dana dan sarana APBN untuk kegiatan BKB belum merata untuk semua Poktan BKB. Bantuan tersebut diberikan prioritas kepada Poktan BKB percontohan, sehingga Poktan BKB bukan percontohan tidak menerima bantuan apapun secara rutin untuk kegiatan operasional BKB dan kader BKB, hanya bantuan berupa APE dari APBD melalui PKK kabupaten/kota.

  1. Strategi/kegiatan

Bagian ini menguraikan tentang serangkaian proses strategi dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Poktan BKB, tentunya dengan semua sarana, dana yang mereka punyai. Sesungguhnya sangat erat kaitannya antara pelaksanaan kegiatan dengan dukungan dari aspek input seperti: sarana, dana, dan fasilitas lainnya. Oleh karena itu, tidak pantaslah jika menghindaki kegiatan jalan secara aktif dan periodik tanpa diberi dukungan yang memadai. Selanjutnya akan diuraikan beberapa temuan yang berkaitan dengan komponen dalam aspek strategi/kegiatan.

Semua Poktan BKB terpilih di empat provinsi lokasi studi melalukan inventarisasi keluarga yang mempunyai anak usia 0-6 tahun dengan menggunakan hasil pendataan Tahun 2006.

Semua Poktan BKB terpilih tidak melakukan  pengembangan materi, dan media BKB (APE, kantong wasiat, dll), namun ada beberapa BKB mendapat APE bantuan APBD melalui PKK Kabupaten/Kota. Pengadaan media seperti: APE, KKA, poster, dan gambar anak2 di beberapa Poktan BKB terpilih (Poktan BKB di Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan) merupakan hasil swadaya dan inisiatif kader BKB, dan ada orang tua diminta membawa mainan anaknya (jika ada)

Pembekalan terhadap kader BKB secara khusus tentan materi BKB, nampaknya tidak pernah dilakukan baik oleh BKKBN provinsi maupun SKPDKB, sehingga kenyataannya semua kader BKB di semua Poktan BKB terpilih belum pernah dilatih, hanya petunjuk secara lisan dari PLKB (Kalimantan Barat, Jambi, Sumatera Selatan)

Dengan perubahan kelembagaan dan nomenklatur oraganisasi yang menyebabkan perubahan tugas dan fungsi PLKB/PKB. Tugas PLKB/PKB bertambah dengan substansi kelembagaan sehingga kurang fokus kepada program KB Nasional, khususnya Program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga. Disamping itu PLKB/PKB belum pernah mendapat ’penyegaran’ tentang BKB, dan fasiltas pendukung seperti: buku pedoman BKB pegangan PLKB/PKB tidak ada, sehingga PLKB tidak optimal membina BKB, bahkan  penyampaian informasi tentang BKB disatukan dengan informasi program lain.

Sebagian Poktan BKB masih melaksanakan kegiatan BKB tapi tidak rutin. Namun jika ditelusuri lebih mendalam, ternyata kegiatan BKB ini bukanlah ”penyuluhan” materi kepada sasaran sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan tersebut hanya tanya jawab materi kantong wasiat ”(yang sudah lusuh”), dan bermain dengan alat permainan tertentu. Disamping itu, sebetulnya ada Poktan BKB yang tidak aktif  karena kegiatan posyandu dianggap BKB(Poktan terpilih di Provinsiinsi Sulawesi Utara).

Kelompok kerja (Pokja) BKB provinsi, kabupaten/kota dapat dikatakan ”ada tapi tiada”. Hal ini dipengaruhi oleh : a) Tugas dan fungsi Pokja tidak melekat pada struktur organisasi instansi tetapi pada personil petugas yang menduduki jabatan sesuai tugas dan fungsinya, sehingga apabila personil tersebut mutasi, dan tidak ada memberikan informasi kepada penggantinya, maka Pokja ini tidak dapat diteruskan. Mutasi petugas dan perubahan kelembagaan tidak dapat dihindari dengan kondisi desentralisasi Program KB, sehingga tidak jalannya Pokja secara aktif tersebut pun tidak dapat dihindari; b). Pokja melaksanakan pembinaan jika ada momentum tertentu seperti: Lomba kader  BKB telatan, Lomba Balita, dan lomba-lomba lainnya yang diadakan untuk memperingati “hari-hari besar”; c). Pokja yang dibentuk tidak khusus untuk BKB tapi untuk semua poktan (BKB,BKL,BKR, BLK)

Pembekalan ataupun sosialisasi khusus tentang BKB kepada PPKBD, Toma/Toga, nampaknya belum pernah dilakukan baik oleh BKKBN Provinsi maupun oleh SKPDKB kabupten/kota, karena tidak satu pun informan Toma/Toga, dan PPKBD yang pernah memperolehnya.

Sebagaimana telah ditunjukkan oleh hasil penelitian Puslitbang KS dan Peningkatan Kualitas Perempuian Tahun 2007 (Arsyad S A, 2007)(5), diketahui bahwa peran PKK di semua tingkatan wilayah administrasi sangatlah penting dalam menggerakkan kegiatan di lini lapangan termasuk Poktan BKB, namun belum semua informan PKK kabupaten/kota memperoleh orientasi/sosialisasi khusus tentang BKB. Nampak jelas apabila Poktan BKB mendapat pembinaan dari PKK maka kegiatan BKB tersebut akan lebih aktif (motivasi dari PKK). Bahkan untuk PKK kecamatan dan desa/kelurahan belum satu pun yang memperoleh pelatihan/orientasi tentang BKB.

Nampaknya apabila dalam pengorganisasian BKB, ketua kader BKBnya adalah kader PPKBD, maka kegiatan BKB tersebut lebih aktif secara rutin, seperti yang terlaksanan di Poktan BKB terpilih di Provinsi Kalimantan Barat, Sumatera Selatan.

Semua Poktan BKB terpilih, belum pernah mendapat “kucuran” dana  APBN, karena dana bantuan APBN diberikan hanya kpada “BKB percontohan”. Namun beberapa diantaranya mendapat  bantuan APE dari APBD melalui PKK Kabupaten/Kota (Sumatera Selatan, Jambi).

  1. Output

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa ouput akan tercapai sesuai dengan tujuan apabila diberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga kegiatan akan dapat dilaksanakan secara aktif dan rutin (periodik). Oleh karena itu, janganlah mengharapkan output yang maksimal jika tidak meberikan input yang maksimal pula. Dalam studi ini ditemukan beberapa komponen yang terkait dengan aspek output.

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tidak ada kegiatan pembekalan yang dilaksanakan untuk baik kader BKB sebagai pelaksana kegiatan BKB maupun IMP dan Toma/Toga sebagai penggerak di lini lapangan, sehingga pada akhirnya tidak satu pun kader Poktan BKB terpilih, IMP, Toma/Toga, yang terlatih tentang materi BKB. Tidak hanya itu, akibat belum pernah dilatihnya Toma/Toga, maka Toma/Toga belum diberdayakan maksinal sebagai penggerak BKB. Semua kader BKB menerima informasi tentang cara bagaimana melaksanakan kegiatan BKB secara lisan dari PLKB/PKB.

Demikian pula dengan informan PLKB/PKB sebagai penggerak dan pembina kader BKB, tidak satu pun diantara mereka yang terlatih tentang BKB, karena memang tidak ada kegiatan pelatihan khusus tentang BKB untuk PLKB/PKB. Mengingat bahwa umumnya PLKB/PKB tersebut ada yang baru dan jumlahnya berkurang serta belum pernah pula dilatih secara khusus, maka pantaslah PLKB/PKB belum melakukan pembinaan secara optimal.

Sesuai dengan uraian dalam aspek proses, belum pernah ada baik pengadaan maupun  pengembangan media untuk pegangan kader BKB di hampir semua Poktan BKB terpilih, maka pada akhirnya belum tersedia buku pedoman/juklak/juknis BKB, dan  materi pegangan kader. Demikian pula dengan media BKB, belum tersedia media (APE, LB, KKA,dll) yang memadai sesuai dengan kebutuhan.

Belum tersedianya dukungan dana operasional baik untuk pertemuan/penyuluhan/ kegiatan BKB, maupun kader BKB, maka penyuluhan kepada orang tua balita sasaran BKB belum dapat terlaksana maksimal secara rutin sesuai dengan pedoman. Oleh karena itu, transfer ilmu tentang tumbuh kembang kepada sasaran BKB belum tercapai.

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa Pokja BKB belum berjalan secara rutin, maka belum satu pun Poktan BKB terpilih menerima pembinaan terarah dari Pokja BKB secara periodik, hanya kunjungan penilaiaan pada momentum tertentu.

4.      Lingkungan

Perubahan lingkungan strategi yang menjadikan desentralisasi Program KB, maka tidak dapat dipungkiri terjadinya beberapa perubahan pula, seperti yang telah ditemukan juga dalam studi terdahulu (Arsyad S, 2003 dan Arsyad S, 2004)). Dalam studi ini juga ditemukan hal yang sama. Desentralisasi Program KB mempengaruhi komitmen pemerintah kabupaten/kota dalam hal prioritas program. Program yang menjadi prioritas pemerintah kabupaten/kota adalah program pembangunan fisik, sehingga program KB nasional termasuk KS didalamnya menjadi bukan prioritas terdepan. Disamping itu, desentralisasi Program KB ini juga berpengaruh terhadap perubahan kelembagaan dan nomenklatur organisasi SKPDKB yang juga mengakibatkan perubahan sumber daya manusianya. Banyak tenaga ’mantan BKKBN’ mutasi ke sektor lain termasuk petugas lini lapangannya, sehingga berkurang jumlahnya. Bahkan ada lokasi studi ini yang tidak mempunyai petugas lini lapangan, sehingga solusinya adalah petugas lapangan KB dipinjamkan dari kabupaten induk. Kondisi tersebut mengakibatkan tidak terlaksananya kegiatan di lini lapangan secara maksimal, rutin sesuai dengan yang diharapkan.

C.Kondisi Poktan BKB sesuai kebutuhan peserta BKB

Bagian ini menguraikan komponen yang dibutuhkan oleh peserta KB yang dikemukakaan baik oleh informan sasaran maupun persepsi dari informan penunjang lainnya terhadap kebutuhan peserta BKB. Komponen tersebut dibagi dalam 3 aspek yaitu, input, strategi/kegiatan, dan output.

1.Input

Beberapa hal yang dibutuhkan oleh peserta BKB terhadap aspek input dalam komponen berikut ini:

Materi: materinya tidak hanya pemantauan tumbuh kembang anak, namun juga tentang peran orang tua dalam mendidik anak, pola asuh anak, psikologi anak, dan materi lain yang sedang ’populer’ di TV (seperti: keragaman makanan bayi dan balita, penanganan anak pada saat sakit  terkena wabah (DB, thypus)

Media: antara lain: buku pedoman untuk pengelolaan BKB, buku materi pegangan kader, poster, lembar balik, APE yang lebih ”bagus dan canggih” seperti PAUD, dengan jumlah yang cukup, kaset lagu anak-anak yang sedang ’in’, KKA, media audiovisual (VCD player dan VCDnya yang berisi semua tentang pola asuh, kesehatan, gizi balita dll).

Petugas pemberi materi selain kader BKB yang sudah terlatih, peserta BKB  butuh pemberi materi dari nara sumber lain seperti: guru, PKK, para ahli (psikolog, bidan, dokter)

Metode penyampaian lebih kearah simulasi, permainan

2. Strategi/Kegiatan

Dalam aspek strategi/kegiatan yang dibutuhkan oleh peserta BKB meliputi antara lain:

Bentuk pelaksanaan Poktan BKB :

Jika ada dukungan dana khusus untuk kegiatan BKB, sasaran ingin  kegiatan BKB terpisah dengan kegiatan lain (posyandu, PAUD, dll), artinya kelas khusus orang tua balita;

Jika tidak ada dukungan dana, kegiatan BKB dapat dipadukan dengan kegiatan lainnya (posyandu/PAUD dll), juga efisiensi wkt dan materi yang dikeluarkan orang tua (ongkos tidak brkl2, tp jk ada biaya penggantian tidak mslh)

Pelaksanaannya membutuhkan tempat khusus yang tidak mengganggu aktifitas rumah yang dijadikan tempat kegiatan (seperti: rumah ketua kader BKB/PPKBD)

Biaya transport untuk anggota BKB, ada konsumsi kegiatan BKB brlangsung untuk orang tua dan balita.

Kader perlu biaya operasional untuk meningkatkan  motivasi/ semangat kader

Fasilitas lain antara lain: ada tanda pengenal sebagai anggt BKB → lebih brsemangat, baju seragam untuk kader BKB → orang tua sasaran BKB kenal lebih dekat

3.      Output

Dalam aspek output, beberapa hal yang dibutuhkan oleh peserta BKB adalah:

Semua anggota BKB aktif ikut kegiatan BKB (artinya hadir pada setiap kegiatan BKB)

Semua kader BKB sudah terlatih melakukan penyuluhan kepada sasaran sesuai dengan kelompok umur balita, artinya ‘transfer ilmu” tumbuh kembang anak kepada orang tua balita terlaksana secara rutin sesuai pedoman dengan mengunakan metode penyampaian yang menarik agar tujuan BKB tercapai

Kader BKB memperoleh materi selain materi BKB (materi yang “in” di TV)

Semua Poktan BKB memiliki media (APE, LB, KKA, poster, leaflet, kantong wasiat/setaranya, dll) yang cukup

Kegiatan operasional BKB, dan kader BKB didukung oleh dana APBN dan APBD yang memadai agar kegiatan dapat dilaksanakan secara rutin

PLKB/PKB, Pokja BKB dibutukan untuk membina Poktan BKB secara rutin

IMP telah dilibatkan dalam kegiatan BKB sebagai pengurus/ketua kader, dan pembina/pembimbing

Toma/Toga sudah diberdayakan sebagai penggerak BKB

KESIMPULAN

Bebarapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan temuan adalah sebagai berikut:

1.Pelaksanaan Kelompok Kegiatan (Poktan) BKB belum mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila ditelusuri lebih lanjut, terdapat beberapa faktor penghambat, diamping ada faktor pendukung yang merukan potensi yang dapat dikembangkan.

a. Faktor penghambat antara lain adalah:

Dukungan dana operasional baik untukuk pertemuan penyuluhan materi  maupun kader tidak sesuai dengan kebutuhan

Kader belum pernah menerima pelatihan/pembekalan tentang Portan BKB, sementara itu pergantian kader sangay sering terjadi, sehingga banyak kader yang baru. Hal ini dapat dimaklumi karena jabatan kader adalah sukarela. Dengan kondisi kader seperti ini menyebabkan kemampuan kader terbatas.

PLKB tidak membina secara optimal karena kurangnya dukungan operacional, dan tugas dan fungsi PLKB bertambah dengan kelembagaan yang “merger” dengan secarator lain.

Dukungan sarana seperti: buku pedoman pelaksanaan Portan BKB, buku materi pegangan kader untukuk penyuluhan, APE, KKA, kantong wasiat dan media lainnya tidak mencukupi bahkan tidak ada.

Pembinaan oleh Pokja BKB kabupaten/kota, dan Pokjanis kecamatan belum maksimal.

b.Faktor pendukung antara lain yaitu:

 Semangat kader masih tinggi

 Keterlibatan PKK, PPKBD, Toma/Toga masih masih dapat dimaksimalkan karena mereka masih bersemangat menghidupkan dan mengembangkan BKB

 Kegiatan tambahan/pendamping/ketrampilan, seperti: demo masak, kerajinan tangan, menjahit, dan lainnya dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta BKB

  1. Model keterpaduan belum mendukung tercapainya tujuan Poktan BKB, dalam arti belum sinergis, karena masing-masing kegiatan yang dipadukan dengan BKB hanya fokus pada waktu pelaksanaan kegiatan, atau dengan kata lain: hanya mempertimbangkan efisiensi waktu.
  2. Kebijakan ”BKB percontohan” dan ”penyaluran dana APBN” ke Poktan ”BKB percontohan” tidak mendukung tercapainya RKP, karena dana APBN tidak dioslaurkan kepada semua Poktan BKB yang ada.

REKOMENDASI

Rekomendasi yang dapat diajukan berdasarkan temuannya adalah sebagai berikut:

1.      Poktan BKB masih dibutuhkan dan dapat dilanjutkan dengan memberikan dukungan operasional, dan fasilitasi Poktan BKB (seperti pelatihan, dana, sarana dll) dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Poktan BKB

2.      Melakukan tinjauan kembali tentang kebijakan ”BKB percontohan” dan ”penyaluran dana APBN” ke Poktan ”BKB percontohan” jika ingin anggota BKB aktif yang tersebar pada semua BKB yang ada meningkat (RKP tercapai).

3.      Model keterpaduan BKB perlu ditinjau kembali dengan memperhatikan materi standar agar tujuan BKB tercapai. Dalam hal ini, BKB dilaksanakan pada satu siklus kegiatan bukan hanya satu hari, seperti digambarkan dalam skema berikut ini:

Penentuan sasaran kegiatan terpadu BKB dan kegiatan lain (0-5) tahun

Sosialisasi keterpaduan BKB dan kegiatan lain

   Persiapan pelaksana kegiatan BKB-kegiatan lain: kader dan Bidan di Desa

Penyuluhan terpadu BKB dan kegiatan lain

Pembinaan oleh Pokja/Pokjanal/Pokjanis/Tim Tehnis

   Kegiatan peningkatan ekonomi keluarga/simpan pinjam/ketrampilan/

arisan

Pencatatan dan pelaporan

Kunjungan rumah sebagai tindak lanjut kepada  keluarga dengan balita  bermasalah dan keluarga balita yang tidak hadir pada kegiatan BKB dan kegiatan lain


Tinggalkan komentar